Privilege Seorang Blogger

Meski sama-sama menulis blog, tidak semua blogger memiliki privilige. Jika ada pun, maka akan diukur dengan sudut pandang berbeda. Apa yang kami tulis ini, mengambil kacamata dari dotsemarang yang memang memiliki misi membagikan info seputar Semarang. Tertarik?

Kata privilege sering kami dengar beberapa waktu belakangan ini. Tanpa sadar kata tersebut jadi melekat dan terhubung dengan aktivitas yang kami lakukan, blogging.

Bisa tergabung dalam komunitas juga sebenarnya itu adalah privilege. Seperti yang kami rasakan dengan bergabung dengan ASUS Indonesia atau pihak lainnya. Namun bukan itu yang ingin kami bagikan.

Privilege

Di mesin pencari, kata Privilege banyak memiliki makna seperti keistimewaan, keuntungan, hak istimewa dan banyak lagi. Kami sendiri senang bahwa perjalanan blogging kami sudah sampai tahap di mana kami memiliki privilege ini.

Beberapa pemilik blog juga sebenarnya memiliki privilege. Hanya saja, terkadang kita tidak sadar bahwa itu adalah bagian istimewa yang dimiliki sehingga hanya menguburnya seakan tidak berguna.

Lalu, bagaimana dengan privilege kami (dotsemarang)? 

Perjalanan panjang (waktu) dan kerja keras memang tidak bisa dibohongi untuk menjadi salah satu syarat memiliki privilege.

Selain itu, kekuatan branding juga jadi standar meski kami sadar bahwa platform yang kami gunakan menggunakan gratisan. Kami kerap kali diremehkan dan bahkan, ditendang dari daftar.

Sebagai bloger, privilege yang kami dapatkan salah satunya adalah personal media. Kami sering terlibat berbagai acara yang beberapa kali, dan bahkan tidak ada satu pun rekan bloger lain yang berpartisipasi. Entah kenapa sangat bangga mengatakan ini.

Kami bisa duduk bersama rekan media, baik itu pewarta yang memwakili media tingkat nasional hingga lokal. Tentu, tidak semua acara yang datang ke Kota Semarang kami ambil semua.

Namun berbekal privilege tersebut, kami memanfaatkan keistimewaan tersebut dengan mengajukan diri untuk berpartisipasi jika ada acara yang menurut kami menarik. Jika beruntung, malah kami diberi fasilitas seperti transportasi hingga makan siang gratis.

Belum lagi bisa bertemu musisi-musisi yang tampil di acara seperti musik. Atau tokoh maupun pejabat yang mengisi acara. Padahal jika harus masuk lewat jalur umum masuk ke acara, biasanya ada biaya tiket masuk. Lumayan untuk HTM bila ditukar dengan paket internet 1 bulan yang kuotanya 100 GB.

Selain mengajukan permintaan untuk meliput acara, terkadang nama kami dicatut orang-orang yang memang sedang mencari orang-orang seperti kami. Bahasanya rekomendasi. Ada banyak cerita dibalik manisnya hubungan ini, termasuk cerita pahitnya juga.

Negatif

Meski terasa menyenangkan dan istimewa, sisi lainnya terkadang mengikutinya juga. Kami sadar ketika mengajukan diri, itu artinya bukan sebuah undangan resmi yang mau tidak mau ada yang harus dikorbankan.

Semisalnya, kami lebih menyukai datang sendiri ke sebuah acara. Mengapa tidak mengajak pemilik blog lainnya? Nah, ini yang sulit. Seperti di awal paragraf kami tegasin bahwa kami menulisnya dengan mengambil sudut pandang dotsemarang, maka saat mengajak bloger lain terkadang kami sendiri yang dibuat ribet.

Maklum, jika tidak diundang secara resmi oleh penyelenggara, mau sebesar apapun acaranya, bloger sekarang akan mikir 5 kali. Apakah ada hak dan kewajiban yang tentunya mengarah pada pendapatan dan apa yang diperoleh setelah ikut mempromosikan informasi nantinya yang didatangi bloger.

Ini yang membuat kami sulit membuat keputusan. Ditambah, pihak penyelenggara yang dihubungi jika dapatnya yang lempeng saja (maunya dipromosikan tapi tidak kasih hak dan kewajiban), kehadiran kami atau rekan bloger seakan tidak dihargai. Kalau begini mending tidak datang sekalian, bukan?!

Tahun 2024, tidak ada yang gratis di muka bumi. Berkarya butuh biaya. Datang ke acara, juga butuh uang untuk bayar ongkos dan bensin serta waktu yang terbuang. Lalu, penyelenggara masih mau minta gratisan juga kepada bloger?

...

Semua pemilik blog memiliki hak istimewanya masing-masing (privilege). Namun apakah itu digunakan, kami tidak tahu. Beberapa pemilik blog mungkin sudah menyerah karena aktivitas mereka dirasa sudah kurang menarik atau tidak ada keuntungannya.

Jadi, cobalah gali lebih dalam tentang privilege yang bisa kamu pakai untuk menawar. Ya, seperti kami semisalnya. Tentu, akan ada penilaian saat privilege kita gunakan kepada orang lain.

Maka, perkuat personal brandingmu. Mumpung tahun 2025 tinggal hitungan bulan. Jaga konsistensimu. Bila bisa, tingkatkan dari yang nulis sebulan sekali ditambah seminggu 3-4 kali. Kami tidak berharap kamu mengikuti kami yang sehari bisa posting 2-3 artikel di blog.

Terakhir, sinkronkan antara privilege dan misi atau tujuan aktivitas bloggingmu. Apa yang sebenarnya ingin kamu bagikan di blog selain cerita pribadimu untuk para pembaca di internet? Jika sudah mengerti, mari kita bersiap menyambut tahun 2025 dengan lebih bersemangat lagi.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan Dengan Retizen, Platform Blog Dari Republika

Tahun 2024, Apakah Dunia Blogging Tanah Air Masih Menarik?